Wawancara dengan Fikri Rofiul. Alumni MDF yang bermahasiswa di Universitas Gaza

Rifki Kusmana: Assalamualaikum Kak Fikri, Nama saya Rifki Kusmana, Cucu dari Prof. Dede Kusmana and Ibu Lies Kusmana. Boleh tidak saya mewawancarai kakak untuk website MDF?
Fikri Rofiul: Wa’alaikumussalam. Boleh banget, silahkan.
Rifki Kusmana: Boleh tidak kakak perkenalkan dirimu?
Fikri Rofiul: Ya, nama saya Fikri Rofiul, jurusan Ushuluddin. Saya lahir di Kupang, dan saya Anak pertama dari 4 bersaudara.
Rifki Kusmana:Baik, sebelum ke MDF, kehidupan buat kakak seperti apa?
Fikri Rofiul: Kehidupan saya sebelum menjadi santri Ponpes MDF saya juga masih menjadi santri dari Ponpes Al-Fatah dimana disana saya bersekolah sejak Paud sampai MA Kelas 1.
Rifki Kusmana: Apa yang membuat kakak pilih MDF?
Fikri Rofiul: Sebenarnya ceritanya, Daftaran di Wadi Mubarok tidak diterima dan akhirnya saya di tempatkan di MDF, karena pada saat itu MDF kerja sama dengan Wadi Mubarok, karena pada angkatan saya itu ada beberapa orang yang langsung daftar ke MDF sendiri aja juga kiriman dari Wadi Mubarok salah satunya adalah saya.
Rifki Kusmana: Saat di MDF, apa pengalaman paling baik?
Fikri Rofiul: Pengalaman paling baik saya adalah dimana saya bisa menjadi salah satu mu’azin di masjid MDF dan juga menjadi imam taraweh pada saat itu.
Rifki Kusmana: Masyaallah, Mengapa Kakak belajar di Gaza? Apakah ini Cita-cita Kakak?
Fikri Rofiul: Ya, ini adalah salah-satu cita-cita saya sejak SD dimana saya menginginkan kuliah di Timur Tengah dan pada saat itu yang saya inginkan adalah negara yaman, tetapi alhamdulillah karena Abi saya sudah bebrapa kali berangkat ke Gaza sehingga beliau mempunyai saluran untuk memasukkan saya di universitas yang ada di Gaza, Palestina.
Rifki Kusmana: Wah, subhanallah. Jadi bagaimana kehidupan Kakak di Gaza? Situasi seperti apa?
Fikri Rofiul: Alhamdulillah kehidupan saya sendiri sangat menyenangkan di sini karena selain menjadi mahasiswa, saya juga menjadi relawan di lembagi kemausiaan dan medis yaitu MER-C (Medical Emergency Rescue Committee) dan saya alhamdulillah andil di bidang kontribusi bantuan untuk Gaza seperti memberikan bantuan musim dingin dan program yang terdekat, saat ini program Romahdon.
Rifki Kusmana: Kalau masyarakat Gaza tersendiri?
Fikri Rofiul: Untuk kehidupan masyarakat Gaza sendiri sebanrnya sangat susah karna memang mengingat Gaza sudah lama di blokade oleh Israel, dimana tingkat pengangguran sangat tinggi, kemarin juga sempat ada yang viral seorang warga sudah meyelesaikan S2 dan juga sedang mengambil kedokteran berjualan strawberry di pasar, dan itu menggambarkan bertapa sulitnya mencari lapangan pekerjaan di Gaza sndiri, dan yang lebih buruknya adalah dampak dari blokade Israel ini membuat listrik di Gaza tidak sepenuhnya full seharian menyala di Gaza. Nelayan di batasi untuk mencari ikan, dan juga air yang sudah banyak tercemah karena seringnya peperangan yang sudah di lalui membuat bahan-bahan dari bom tersebut merusak air yang ada di Gaza, dan situasi di sini yang membuat kita tidak bebas untuk melakukan kegiatan adalah di awasi oleh drone Israel 24 Jam.
Rifki Kusmana: Hmm, Baik. Dibandingkan MDF, bagaimana kehidupan di Universitas Gaza?
Fikri Rofiul: Allhamdulilllah kehidupan di Universitas Gaza cukup baik, banyak sekali saya yang pelajari disni seperti tafsir, sejarah, dan bahasa Arab. Tetapi yang saya rasakan adalah suasana yang cukup berbeda dengan MDF, dimana suasana saat saat menghafal Al-Quran di MDF sangat cocok karna MDF sendiri terletak di desa sehingga udaranya sangat sejuk dan di kelillingi pemandangan-pemandangan indah seperti sawah dan kolam ikan. Itu tidak saya dapatkan di kehidupan di Gaza sendiri,dan cukup berbeda adalah kehidupan di universitas Gaza adalah saya menuntut ilmu di negara konflik yg suatu saat perang akan terjadi, dan saya juga sudah pernah mengalami perang 11 hari kemarin di tahun 2021 antara Gaza denga Israel, dimana semua sekolah dan universitas dihentikan, dan itu bisa saya terjadi lagi karena memang sampai sekarang memang konflik yang tidak usai-usai.
Rifki Kusmana: Apakah yang dapat diharapkan untuk masa depan Palestina?
Fikri Rofiul: Yang diharapkan adalah kemerdekaan Palestina dan merebut kembali kiblat pertama umat muslim yaitu Masjid Al-Aqsho dari tangan Zionis Israel, serta membuka blokade blokade Israel terhadap Palestina terutama di Gaza sendiri.
Rifki Kusmana: Setelah Nathayenu keluar kelihatannya ada pergantian di pemerintahan Israel, apakah sebuah solusi dapat didapatkan?
Fikri Rofiul: Tidak ada solusi, karena memang penjajahan sampai detik ini masih sering dilakukan oleh pihak Israel di Tepi Barat/West Bank, seperti menggangu ibadah-ibadah umat muslim dikomplek masjid Al-Aqsho, membangun bangunan di atas tanah milik Palestina, dan juga merusak kebun kebun milik masyarkat disana.
Rifki Kusmana: Pertanyaan terakhir, Anak-anak Palestina umur berapa sudah hafal Qur’an?
Fikri Rofiul: Anak-anak Palestina sudah menghafal Al-Quran sejak dari dini sehingga rata-rata anak-anak Gaza sudah mengahfal Al-Quran 30 Juz di sekolah dasar atau umur 11/12 tahun, dan lebih uniknya adalah di Gaza sendiri setiap rumah pasti mempunyai anak-anak para penghafal Al-Quran bahkan saya pernah berjumpa banyak sekali yang keseluruhan anggota keluarganya adalah para penghafal Al-Quran.
Rifki Kusmana: Oke terimakasih kakak buat waktunya ya, Moga-moga sehat selalu, Inshaallah.
Fikri Rofiul: Ya sama-sama, semoga juga semua sehat selalu dan titip salam kepada Prof. Dede juga.