Sejarah Perintah Qurban

Pada Hari Rabu, 28 Juni 2023 Masehi, atau 10 Dzulhijjah umat muslim merayakan Idul Adha atau yang sering disebut dengan lebaran Haji karena, bertepatan dengan pelaksanaan ibadah haji. Di hari tersebut umat muslim diwajibkan bagi yang mampu untuk menyembelih hewan Qurban dan dibagikan kepada yang membutuhkan.

Berqurban merupakan salah satu bentuk syiar Islam yang di syariatkan berdasarkan dalil Al-Qur’an, sunnah Rasulullah SAW, dan ijma para ulama. Allah SWT berfirman: “Maka shalatlah untuk Rabbmu dan sembelihlah hewan (berqurbanlah).” (QS. Al-Kautsar; 2)

Sejarah berqurban berawal dari peristiwa Nabi Ibrahim AS yang akan menyembelih anaknya sendiri yaitu Nabi Isma’il AS. Dikisahkan ketika Nabi Ibrahim AS telah memasuki usia 86 tahun namun beliau belum juga dikaruniai seorang anak.

Lantas beliau berdo’a kepada Allah subhanahu wa ta’ala “Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh. (QS Ash-Shafaat; 100). Kemudian Allah mengabulkan do’a tersebut dengan memberikan kabar gembira berupa akan lahirnya seorang anak dari istrinya yang bernama Siti Hajar. Nabi Ibrahim AS sangat bersyukur atas kelahiran putra Isma’il.

Sewaktu Nabi Isma’il AS mencapai usia remaja, Nabi Ibrahim As mendapat mimpi bahwa ia harus menyembelih puteranya Nabi Isma’il AS. Mimpi seorang nabi adalah salah satu dari cara turunnya wahyu Allah SWT., maka perintah yang diterimanya dalam mimpi itu harus dilaksanakan oleh Nabi Ibrahim AS. Nabi Ibrahim AS pun akhirnya menyampaikan isi mimpinya kepada Isma’il untuk melaksanakan perintah Allah SWT untuk menyembelih Isma’il.

Nabi Ibrahim AS berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu “maka pikirkanlah apa pendapatmu? Nabi Isma’il AS menjawab: Wahai ayahku kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. InsyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (QS Ash-Shafaat; 102)

Namun, tak mudah bagi Nabi Ibrahim AS menjalankan perintah tersebut. Pasalnya, setan terus menggoda dirinya agar membatalkan perintah itu. Tapi usaha setan gagal. Begitu pula yang terjadi ketika setan menggoda Ismail, ia juga mengalami kegagalan. Tidak ingin menyerah, setan kemudian menggoda istri Nabi Ibrahim akan tetapi usaha tersebut pun tetap tak berhasil.

Nabi Ibrahim AS. lalu membaringkan Nabi Isma’il AS. dan bersiap melakukan penyembelihan. Nabi Ibrahim AS dan Nabi Isma’il AS nampak menunjukkan keteguhan, ketaatan dan kesabaran dalam menjalankan perintah itu. Saat Nabi Ibrahim AS. hendak mengayunkan pedang, Allah SWT menggantikan tubuh Nabi Isma’il AS. Dengan sembelihan besar, yakni berupa domba jantan dari Surga, yang berwarna putih, bermata bagus dan bertanduk. “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (QS Ash-Shafaat; 104:107).

Kejadian tersebut merupakan suatu mukjizat dari Allah SWT. yang menegaskan sampai sejauh mana cinta dan ketaatan mereka kepada Allah SWT. Dan melihat apa yang telah dilakukan, Nabi Ibrahim AS. dan Nabi Isma’il AS. lulus dalam ujian yang sangat berat itu. Nabi Ibrahim As. telah menunjukkan kesetiaan yang tulus dengan mengorbankan puteranya untuk berbakti melaksanakan perintah Allah SWT. Sedangkan Nabi Isma’il AS. tidak sedikit pun ragu atau bimbang dalam menjalankan perintah Allah SWT. dengan menyerahkan jiwa raganya untuk dikorbankan. Dari sinilah asal permulaan sunnah berkurban yang dilakukan oleh umat Islam pada tiap hari raya Idul Adha di seluruh penjuru dunia.

Keutamaan Qurban

Menyembelih hewan qurban adalah salah satu bentuk ibadah dan juga cara kita mendekatkan diri pada Allah SWT. Sejumlah hadits yang menjelaskan keutamaan dari qurban antara lain adalah:

Dari ‘Aisyah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah pada hari nahr manusia beramal suatu amalan yang lebih dicintai oleh Allah daripada mengalirkan darah dari hewan qurban. Ia akan datang pada hari kiamat dengan tanduk, kuku, rambut hewan qurban tersebut. Dan sungguh, darah tersebut akan sampai kepada (ridha) Allah sebelum tetesan darah tersebut jatuh ke bumi, maka bersihkanlah jiwa kalian dengan berkurban.” (HR. Ibnu Majah dan Tirmidiz)

Kemudian ada hadis dari Abu Daud dari Zaid bin Arqam, di mana dia berkata, “Para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah maksud dari hewan-hewan kurban seperti ini?” beliau bersabda: “Ini merupakan sunnah (ajaran) bapak kalian, Ibrahim.” Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, lantas apa yang akan kami dapatkan dengannya?” beliau menjawab: “Setiap rambut terdapat kebaikan.” Mereka berkata, “Bagaimana dengan bulu-bulunya wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Dari setiap rambut pada bulu-bulunya terdapat suatu kebaikan.” (HR. Ibnu Majah.).

Qurban merupakan cara mendekatkan diri atau beribadah kepada Allah dengan menyembelih hewan tertentu pada hari raya Idul Adha dan tiga hari tasyrik berikutnya yaitu 11, 12, 13 Dzulhijjah. Kata Qurban muncul tiga kali dalam Al- Qur’an: sekali mengacu pada pengorbanan hewan dan dua kali mengacu pada pengorbanan dalam arti umum dari setiap tindakan yang dapat membawa seseorang lebih dekat kepada Allah.