Kisah Al-Qalasadi, Ahli Matematika dari Andalusia

Tokoh beragama Islam juga telah membuat banyak kontribusi kepada Ilmu Matematika. Saya sendiri telah menulis tentang Al-Khawarizmi dari Persia, tetapi, Aku hari ini ingin membahas tentang Al-Qalasadi dari Andalusia.

Al-Qalasadi yang nama lengkapnya Abū al-Hasan ibn ʿAlī al-Qalaṣādī merupakan seorang ahli Matematika yang lahir pada tahun 1412 di Bastah, sebuah kota Moor di Andalusia yang kini menjadi bagian dari Spanyol. Andalusia berasal dari nama Arab Al-Andalus yang digunakan oleh umat Islam untuk menyebut seluruh wilayah Spanyol dan Portugal yang diduduki kaum Muslim dari abad ke-8 hingga abad ke-11.
Al-Qalasadi adalah seorang muslim yang dibesarkan di Bastah. Pada masa kanak-kanaknya hidup di Bastah cukup sulit karena Kerajaan Kristen sering melakukan pernyerangan ke kota Bastah. Dia sendiri mulai mendapatkan pendidikan di Bastah untuk mempelajari ilmu hukum dan Al-Qur’an. Setelah menginjak remaja dia pindah ke selatan, menjauhi zona perang menuju Granada di mana ia melanjutkan studi, khususnya ilmu filsafat, ilmu pengetahuan dan hukum Islam.
Al-Qalasadi memilih untuk tetap tinggal di dunia Islam dan dia meninggalkan Granada serta mulai melakukan perjalanan di negara-negara Islam. Secara khusus dia menghabiskan banyak waktunya di Afrika Utara. Dia hidup di negara-negara Islam yang memberikan dukungan kuat terhadap Andalusia baik secara politik maupun dengan bantuan militer dalam melakukan perlawanan terhadap serangan Kristen. Dia menghabiskan waktu di Tlemcen di mana dia belajar atas bimbingan guru-gurunya untuk mempelajari aritmatika dan aplikasinya. Setelah itu dia pergi Mesir di mana di mana dia belajar dengan beberapa ulama terkemuka. Akhirnya al-Qalasadi mencapai Mekah, untuk melaksanakan ibadah haji dan kembali ke lagi Granada.
Ketika Al-Qalasadi kembali ke Granada, keadaan wilayah tersebut semakin memburuk. Bagian yang tersisa dari wilayah Muslim berada di bawah serangan orang-orang Kristen Aragon dan Castile. Namun, Al-Qalasadi tetap mengajar dan menuliskan sebagian karya-karya besarnya selama periode ini. Tetapi serangan tentara Kristen yang tersu-menerus membuatnya sulit hidup di Granada. Kekalahan seluruh wilayah Muslim di Granada akhirnya terjadi pada tahun 1492. Kota Granada jatuh ke tangan orang Kristen.
Al-Qalasadi menulis beberapa buku mengenai aritmatika dan sebuah buku mengenai aljabar. Beberapa di antaranya berisi komentar-komentar terhadap karya Ibn al-Banna dalam bukunya Talkhis amal al-Hisab (Ringkasan dari operasi aritmatika). Ibn al-Banna sendiri merupakan ilmuwan dari Maroko yang telah meninggal lebih dari 100 tahun sebelum Al-Qalasadi menulis komentar terhadap karyanya.
Risalah utama Al Qalasadi adalah al-Tabsira fi’lm al-Hisab (Klarifikasi ilmu berhitung). Karya ini merupakan buku yang sulit dipelajari, mungkin membutuhkan ketajaman pikiran tertentu untuk mempelajarinya. Karyanya tersebut dipengaruhi oleh karya Ibn al-Banna. Meskipun Al-Qalasadi sudah berusaha menyederhanakan tingkat kerumitan karya al Banna sebagai pendahulunya. Buku ini terlalu sulit untuk dijadikan bahan pengajar sebab menggunakan huruf-huruf debu.
Kedua versi yang lebih sederhana dari karya aritmatika Al-Qalasadi terbukti populer dalam pengajaran aritmatika di Afrika Utara dan karya-karyanya digunakan selama lebih dari 100 tahun. Sekarang meskipun banyak buku pengajaran matematika populer, tetap ada sedikit kontribusi Al-Qalasadi dalam matematika yang diajarkan saat ini. Sebagai contoh, urutan Σ n, n2, atau n3 telah dipelajari oleh al-Samawal dan al-Baghdadi, dan metode untuk menghitung akar kuadrat juga dikenal hingga Babilonia.
Sebenarnya, para sejarawan abad ke-19 banyak yang kurang memahami kontribusi matematika para ilmuwan Muslim. Mereka banyak yang tidak tahu para ahli matematika Muslim zaman kuno. Hal ini terjadi akibat kurangnya informasi maupun catatan-catatan tertentu yang menunjukkan keberadaan para ahli matemaika kuno tersebut dalam dunia Islam. Tetapi Al-Qalasadi rupanya cukup dikenal oleh para sejarawan.
Penulis abad ke-19 percaya bahwa simbol-simbol aljabar pertama kali dikembangkan dalam Islam oleh ahli matematika Spanyol-Arab Ibn al-Banna dan Al-Qalasadi. Ternyata, Simbol-simbol aljabar tersebut bukan penemuan Al-Qalasadi. Simbol aljabar yang sering digunakan oleh Al-Qalasadi merupakan penemuan ahli matematika Muslim lainnya di Afrika Utara 100 tahun sebelumnya, tetapi Al-Qalasadi memiliki kontribusi yang besar dalam mengenalkan simbol-simbol aljabar tersebut kepada dunia.

Simbol-simbol aljabar tersebut telah digunakan di kekaisaran Muslim Timur, bahkan mungkin lebih awal dari itu. Kelangkaan simbol-simbol matematika di italia mungkin disebabkan oleh ilmuwan italia seperti Leonardo Fibonacci yang sangat berpengaruh di Italia pada abad pertengahan tidak menyadari adanya karya-karya hebat para ahli matematika Andalusia.

Daftar Pustaka

O’Connor, John J.; Robertson, Edmund F., “Abu’l Hasan ibn Ali al Qalasadi”, MacTutor History of Mathematics archive, University of St Andrews
Rebstock, Ulrich (1990). “Arabic Mathematical Manuscripts in Mauretania”. Bulletin of the School of Oriental and African Studies. 52 (3): 429–441. doi:10.1017/s0041977x0015133x. JSTOR 618117.