Bekerja Yang Tak Sekedar Bekerja

Jurus Jitu Bekerja Jadi Ibadah dan Penuh Berkah”
Tidak sedikit orang lebih mementingkan pekerjaannya dari pada menunaikan seruan Allah SWT, sehingga hal ini mempengaruhi terhadap nilai keberkahan dan berpengaruh pula terhadap model bekerja yang tidak diridhai Allah, maka dari itu sedikit akan saya suguhkan bagaimana supaya bekerja menjadi tidak sekedar bekerja, artinya bekerja yang tidak cuma–cuma namun benar–benar dalam rangka beribadah kepada Allah SWT, sehingga pekerjaan kita berlimpah berkah dan bernilai ibadah.
Jurus yang pertama adalah luruskan niat. Hal ini sebagimana dilandasi hadtis yang diterima Umar ra. bahwa Rasulullah Saw.. bersabda, “Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah.” (HR. Bukhari, Muslim, dan empat imam Ahli Hadits)

Hadits ini memberikan gambaran kepada kita bahwasanya semua perbuatan yang kita lakukan itu kembali kepada niat.  Niat adalah perkara hati yang urusannya sangat penting, seseorang bisa naik ke derajat shiddiqin dan bisa jatuh ke derajat yang paling bawah disebabkan karena niatnya.

Bekerja bukan hanya sekedar untuk mencari penghasilan yang besar, namun semua itu harus dilandasi dengan niat yang baik, niat bekerja karena Allah, supaya kebutuhan keluarga dapat terpenuhi, terbebas dari kefaqiran,  dapat membantu orang yang membutuhkan dan lain-lain. Apabila niat kita lurus, maka insya Allah pekerjaan kita akan menjadi ibadah dan tidak sia-sia serta setiap pekerjaan berefek positif terhadap apa yang diniatkannya. Penyesalan bagi kita manakala kita bekerja puluhan tahun dan semua itu tidak bernilai ibadah.

Jurus yang kedua adalah luangkan waktu untuk Allah, niscaya Allah akan meluangkan waktu untuk kita. Ada beberapa lembaga, baik lembaga pemerintahan ataupun lembaga swasta, termasuk lembaga perusahaan yang menjadikan budaya kerja yang baik sebagai salah satu upaya agar pekerjaanya penuh berkah dan perusahaannya berkembang. Salah satu contonya adalah sebelum bekerja dibiasakan shalat dluha dan berdo’a bersama, tilawah al-Qur’an, membacakan asmaul husna, ketika datang waktu shalat semua aktivitas diberhentikan, semuanya shalat berjamaah. Di akhir setelah selesai bekerja, dievaluasi dan ditutup dengan berdo’a bersama. Ini merupakan salah satu contoh dari sekian banyak contoh prilaku yang diyakini akan berpengaruh terhadap pekerjaan yang kita lakukan.

Gambaran budaya kerja ini setidaknya memberikan informasi kepada kita bahwa betapa pentingnya meluangkan waktu untuk Allah.  Dari 24 jam waktu yang kita pergunakan, dengan berbagai fasilitas dan berbagai kenikmatan yang Allah berikan kepada kita, apakah tidak ada waktu sedikit pun yang diluangkan untuk Allah ?.  Na’udzubillahimindzalik.

Salah satu ungkapan terkenal Ustad Yusuf  Mansur, “Allah Dulu, Allah Lagi, Allah Terus”.  Salah satu contoh, kita shalat dluha terlebih dahulu sebelum bekerja, kita juga laporan kepada Allah, kita utamakan perintah Allah dan Rasulnya Muhammad Saw.. Bukankah dluha dianjurkan dan bukankah dluha banyak keutamaanya, sebagaimana dalam sebuah hadits dijelaskan, “Pada pagi hari diharuskan bagi seluruh persendian diantara kalian untuk bersedekah. Setiap bacaan tasbih (subhanallah) bisa sebagai sedekah, setiap bacaan tahmid (alhamdulillah) bisa sebagai sedekah, setiap bacaan tahlil (laa ilaha illallah) bisa sebagai sedekah, dan setiap bacaan takbir (Allahu akbar) juga bisa sebagai sedekah. Begitu pula amar ma’ruf (mengajak kepada ketaatan) dan nahi mungkar (melarang dari kemungkaran) adalah sedekah. Ini semua bisa dicukupi (diganti) dengan melaksanakan shalat Dluha sebanyak 2 raka’at” (HR. Muslim no.  720).

Padahal persendian yang ada pada seluruh tubuh kita sebagaimana dikatakan dalam hadits dan dibuktikan dalam dunia kesehatan adalah 360 persendian. ‘Aisyah pernah menyebutkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya setiap manusia keturunan Adam diciptakan dalam keadaan memiliki 360 persendian” (HR. Muslim no. 1007). Hadits ini menjadi bukti selalu benarnya sabda Nabi Saw.. Sedekah dengan 360 persendian ini dapat digantikan dengan shalat Dluha.

Dikatakan pula dalam hadits lain mengenai keutamaan sahalat dluha  dalam sebuah hadis qudsi “Allah Ta’ala berfirman: Wahai anak Adam, janganlah engkau tinggalkan empat raka’at shalat di awal siang (di waktu Dluha). Maka itu akan mencukupimu di akhir siang.” (HR. Ahmad (5/286), Abu Daud no. 1289, At Tirmidzi no. 475, Ad Darimi no. 1451).

Nah itulah beberapa keterangan mengenai keutamaan  shalat dluha. Bukan hanya itu, kita meluangkan waktu  untuk tilawah, berdo’a bersama, shalat berjamaah awal waktu. Tidak cukup hanya mengetahui  keuatamaan  amalan-amalan tersebut, namun laksanakan serta yakinlah bahwa dengan izin Allah pekerjaan kita akan penuh berkah (perusahaan berkembang, karyawannya jujur dan profesional, dll). Hal ini kita lakukan supaya kita tidak terlenakan dengan kesibukan dunia, namun kita utamakan waktu untuk Allah, karena kalau kita mengutamakan Allah, maka aktivitas kita pun akan dibimbing oleh allah SWT, sehingga pekerjaanya insya Allah diridhai, menjadi ibadah dan berkah.

Kesimpulannya adalah mari luruska niat ketika akan memulai suatu pekerjaan dan jangan terlenakan dengan kehidupan dunia, luangkan waktu untuk Allah dalam kondisi apapun dan sesibuk apapun, sebab kalau kita meluangkan waktu untuk Allah, maka Allah akan meluangkan waktu untuk kita.

Pembaca yang budiman, itu barangkali Dua Jurus Jitu  dari sekian banyak jurus-jurus, supaya pekerjaan kita bernilai ibadan dan berlimpah berkah. Semoga tulisan ini bermanfaat dan mohon maaf apabila terdapat kata-kata yang kurang pas dan salah dalam penulisanya.

Penulis : Kang Komar