Al-Quran Bukan Monumen Mati

Al-Qur’an dapat diibaratkan sebagai monument, yaitu semacam “bangunan” peringatan bersejarah, peringatan turunnya kalam Allah SWT. Di bumi, peringatan lahirnya mukjizat terbesar Rasululloh SAW., Peringatan keshohihan dan keparipurnaan Agama Islam, peringatan lurusnya perilaku kaum muslimin, dan berbagai peringatan lainnya.

Akan tetapi, keberadaan Al-Qur’an sebagai monumen tidaklah sekadar laksana monument perjuangan kepahlawanan yang sebatas diihat, dikunjungi, dan dipertontonkan, namun Al-Qur’an adalah monument hidup yang harus dibaca, ditulis, dipahami, dihayati, serta dijadikan sebagai panduan dan pelita hidup sehari-hari dalam kapasitas peribadi, berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Ia tidak boleh sekadar dibuat aksesoris, pajangan, pameran, atau tujuan wisata, sebatas dilihat dan dipertontonkan, lebih-lebih diletakan diposisi belakang, tidak dijadikanya sebagai panduan hidup, justru kendala-kendala hidup yang harus disingkirkan, setidaknya disia-siakan.

Fenomena dijadikanya Al-Qur’an diposisi belakang atau terbuang ini selalu menjadi kegelisahan Rasululloh SAW. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an.

“Berkatalah Rasul,’Ya tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Qur’an ini suatu yang tidak diacuhkan (disingkirkan, terbuang) .” (AL-FURQON:30)

Atas dasar ini, Al-Qur’an seharusnya dijadikan monument hidup. Dengan cara bagaimana? Syekhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “Barangsiapa tidak membaca Al-Qur’an, maka dia benar-benar membuang kitab suci itu (menyingkirkannya atau tidak mengacuhkanya). Barangsiapa membaca Al-Qur’an dan tidak merenungi makna-makananya, maka dia juga benar-benar membuangnya. Barang siapa membaca dan merenungi makna-maknanya namun tidak mengamalkanya, maka demikian pula dia termasuk membuangnya.”

“Orang-orang yang akrab dengan Al-Qur’an mereka adalah keluarga’ Allah dan orang-orang sepesialnya.” (HR Nasa’I Ibnu Majah)

Rasululloh SAW. Menyatakan, orang yang dirongga dadanya tidak terdat Al-Qur’an sama sekali mak ia bagaikan rumah yang rusak. Sabda beliau,

“Sesungguhnya orang yang didalam rongga dadanya tidak ada sedikitpun dari Al-Qur’an maka ia bagaikan rumah yang rusak.” (HR Tirmidzi)

Dengan dijakanya Al-Qur’an sebagai monument hidup, kelak kitab suci tersebut akan memberi syafaat kepada kita. Orang yang menjadikanya sebagai panduannya, kelak Al-Aur’an akan memandunya. Sabda Rasululloh SAW.

“Puasa dan Al-Qur’an member syafaat kepada seseorang dihari kiamat. Pusa berkata, ‘wahai tuhanku, aku telah menghalanginya dari makan, minum, syahwat, maka berilah aku restu memberikan syafaat kepadanya. ‘Al-Qur’an berkatam, wahai tuhanku, aku telah menghalanginya dari tidur dimalam hari, maka berilah aku restu memberikan syafaat kepadanya.’ Lalu keduanya diberikan restu memberika syafaat.” (HR Ahmad dan Thabrani)

Alangkah bahagianya kelak dihari kiamat bila Al-Qur’an menjamin kita member syafaat sekaligus memandu kita kesurga.

Sumber: buku mendidik anak membaca, menulis, dan mencintai Al-Qur’an.