Rifki Kusmana:
Assalamualaikum, Nama saya Rifki Kusmana, Cucu dari Bapak Dede dan Ibu Lies Kusmana, Saya ingin mewawancarai Ustadz tentang membimbing anak Papua belajar ngaji.
Dian Rahman Ali:
Waalaikumussalam warahmatullah, Masya Allah bagaimana kabarnya? Bagaimana kabar bapak dan ibu?
Rifki Kusmana:
Bapak dan Ibu sehat.
Dian Rahman Ali:
Silahkan kalau mau wawancara.
Rifki Kusmana:
Baik, Jadi Bagaimana Ustadz ketemu MDF?
Dian Rahman Ali:
Yang mengenalkan saya dengan MDF adalah paman saya, beliau kerabatnya Ustadz Aep, Alhamdulillah saya bisa belajar di MDF selama 3 tahun di tambah dengan pengabdian 1 tahun.
Rifki Kusmana:
Mengapa ustadz ingin membimbing anak-anak agar belajar ngaji?
Dian Rahman Ali:
Alasan saya ingin mengajar ngaji anak-anak karena:
- Mengajar merupakan amal jariyah, sehingga dari mengajar ini semoga menjadi bekal saya di akhirat kelak.
- Mengajar anak-anak mengaji khususnya di papua ini merupakan hal yang menarik, karena dengan kultur yang berbeda sehingga tantangan mengajar mereka juga perlu perjuangan yang lebih.
- Pendidikan di papua belum seperti pendidikan di daerah-daerah lain sehingga ini yang menumbuhkan semangat saya untuk terus berjuang di pendidikan papua ini.
Rifki Kusmana:
Alhamdulillah, Apakah pembacaan mereka Lancar? Butuh berapa lama dan atensi Ustadz agar mereka lancar?
Dian Rahman Ali:
Untuk durasi capaian lancar mereka beragam, sesuai dengan kemampuan mereka, dan saya juga mengelompokkan mereka sesuai kemampuan atau capaian-nya. Rata-rata dengan porsi belajar Al-Quran 2 jam sehari dalam satu pekan (5 hari) mereka bisa lancar baca Al-Quran selama 1 sampai 2 tahun.
Rifki Kusmana:
Kira-kira persentase orang Papua yang beragama Islam berapa persen?
Dian Rahman Ali:
Ummat muslim di papua khususnya di kota sorong ini kurang lebih 45%
Rifki Kusmana:
Bisa jelaskan anak-anak di Papua yang mau sekolah Madrasah berapa dibandingkan yang tidak, Apakah faktor orang tua berpengaruh?
Dian Rahman Ali:
Dukungan pemerintah dan organisasi lainnya terhadap pendidikan anak-anak di papua sangat bagus, jadi mereka dapat fasilitas dari pemerintah maupun organisasi lain, sekolah madrasah bukan hanya sekolah saya, banyak madrasah lainnya, tapi memang anak-anak masih banyak yang memilih sekolah negeri.
Faktor orang tua sangat berpengaruh terhadap pendidikan anak anak di papua, orang tua disini belum terlalu memperhatikan pendidikan anak-anaknya sehingga anak-anak disini juga belum maksimal dalam belajar-nya bahkan sering sekali tidak hadir belajar bahkan harus kita jemput ke rumah-rumah.
Rifki Kusmana:
Apakah ada anak Papua yang berbakat dan bisa disarankan mau meneruskan ke MDF?
Dian Rahman Ali:
Sebenarnya anak-anak papua memiliki kemampuan memahami pembelajaran sangat bagus, tapi kemampuan itu tertutupi dengan kurang semangatnya mereka. Jadi kalau mau ada yang di masukan ke MDF pengajarnya harus sangat telaten dan sabar menghadapi mereka.
Kalau MDF siap menerima santri dari papua nanti insyaallah saya coba mencari ke madrasah lain anak-anak yang berbakat. Tapi harus dipertimbangkan ekonomi-nya, mereka kemungkinan keberatan dengan biaya keberangkatan dari papua ke MDF.
Rifki Kusmana:
Bakat olahraga anak-anak Papua perlu dikembangkan supaya bisa mendunia karena kekar badannya, Apa saja selain Sepak bola?
Dian Rahman Ali:
Khusus di kota Sorong, Papua Barat olahraga yang lebih menonjol selain Sepak bola yaitu Bela diri dan Lari.
Rifki Kusmana:
Sehabis ini, ada apa lagi Ustadz mau lakukan? Meneruskan mengajar atau apa?
Dian Rahman Ali:
Saya tetap ingin terus mengamalkan membagikan ilmu yang saya miliki dimanapun. Untuk kegiatan lainnya saya sambil terus belajar sekarang semester 7 jurusan PGSD, sambil belajar bisnis sekarang buka ekspedisi/pengiriman barang jakarta-papua.
Rifki Kusmana:
Ada tambahan yang Ustadz ingin memasukkan untuk para pembaca?
Dian Rahman Ali:
Tambahan-nya saya mengajak seluruh generasi muda untuk terus semangat belajar dan mengamalkan ilmu yang didapat serta senantiasa berakhlak mulia, dengan begitu insyaallah Allah SWT akan mengangkat derajat kita sebagai bangsa Indonesia dan Ummat Islam.
Komentar