Marilah kita bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, serta mempelajari hukum-hukum syariat-Nya, dengan cara menuntut ilmu yang bermafaat. Sebab, ilmu itu merupakan cahaya sekaligus petunjuk, sedangkan kebodohan adalah kegelapan dan kesesatan. Pelajarilah apa yang telah Allah turunkan berupa wahyu kepada Rasul-Nya. Sesungguhnya, ulama adalah pewaris para nabi. Adapun para nabi dulu tidak mewariskan uang dinar atau dirham, tetapi mereka mewariskan ilmu. Maka, siapa yang mengambil ilmu tersebut, berarti ia telah mengabil bagian kekayaan yang besar dari warisan mereka. Pelajarilah ilmu, karena ia adalah kemulaiaan di dunia dan akhirat, serta akan memberikan pahala yang terus mengalir sampai hari kiamat. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
يَرْفَعِ اللهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
”Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (Al-Mujadilah [58]: 11)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا مَاتَ الْعَبْدُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ: صَدَقَةٍ خَارِيـَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بـِهِ مِنْ بَعْدِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْلَهُ
“Jika seorang hamba menginggal dunia, maka pahala amalnya terputus kecuali dari tiga hal, yakni sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan oleh orang-orang sepeninggalannya, atau anak shalih yang mendoakannya.”
Mari kita perhatikan, betapa kita masih merasakan pengaruh-pengeruh para ulama Rabbani hingga hari ini, meski berbulan-bulan dan bertahun-tahun telah berlalu. Pengaruh mereka terpuji, jalan mereka diikuti, nama mereka terus disebut, usaha mereka patut disyukuri. Jika nama mereka disebut di majelis-majelis, maka orang-orang pun memohon rahmat dan mendoakan mereka. Jika disebut tentang amal shaleh dan adab-adab luhur, maka mereka merupakan teladan manussia dalam melaksakannya.
Ma’asyiral muslimin! Pelajarilah ilmu dan amalkanlah, sebab mempelajari ilmu merupakan jihad fi sabilillah, dan dengan mengamalkan ilmu akan mendatangkan cahaya dan bashirah dari Allah.
أَوَمَنْ كَانَ مَيْتًا فَأَحْيَيْنَاهُ وَجَعَلْنَالَهُ نُورًا يَمْشِي بِهِ فِي النَّاسِ كَمَنْ مَثَلُهُ فِي الظُّلُمَاتِ لَيْسَ بِخَارِجٍ مِّنْهَا
“Apakah orang yang sudah mati, lantas Kami menghidupkannya dan Kami berikan kepadanya cahaya terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar darinya?” (Al-An’am [6]: 122)
Ma’syiral muslimin! bila seorang siswa telah menguasai ilmu tentang suatu persoalan, ia wajib menerapkan dan melaksanakannya pada dirinya, agar ilmu yang diperolehnya itu bermanfaat bagi dirinya. Karena ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang dipraktikan seseorang secara nyata, sedangkan amal adalah buah dari ilmu. Orang bodoh sungguh lebih baik daripada orang berilmu yang tidak dapat mendapat manfaat dari ilmunya dan tidak melaksanakannya. Ilmu adalah senjata, mungkin senjata itu bermanfaat bagimu untuk menghadapi musuh justru mencelakai dirimu.
Oleh : Azzam
Komentar